Monday, July 20, 2009

Bila Kehidupan Berbicara


Catatan ini diambil dari kiriman seorang kenalan..sama2 kita baca ye :)

Kehidupan ini umpama arus deras yang sentiasa mengalir tanpa henti. Sebagaimana jiwa kita yang kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah begitu jugalah kehidupan kita; kadang-kadang kita cukup kuat untuk menongkah arus kehidupan yang serba ganas atau sekurang-kurangnya mampu bertahan dengan apa yang ada namun kadang-kadang ketika jiwa kita lemah tak bermaya maka kitapun tewas lalu hanyut dibawa arus.


Ketika jiwa kita kuat dan masih mampu berpegang pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang benar maka akan terserlahlah kewibawaan dan jati diri kita lalu kitapun melangkah gagah menuju kemuliaan atau ketinggian di sisi Allah SWT lalu manusia lainpun akan kagum dan hormat pada kita. Namun disaat-saat jiwa kita lemah, kita akan hanyut bersama arus deras yang menuju kekecewaan dan kehinaan.

Inilah hakikat kehidupan. Jika kita berpeluk tubuh tanpa melakukan sesuatu maka kegagalan, kekecewaan, kehampaan dan segala kelemahan akan mewarnai kehidupan kita. Tetapi untuk kita berjaya dan bahagia, mulia dan berwibawa, kita perlukan usaha dan pengorbanan.
Inilah hakikat kehidupan...jika kita tidak exercise, tak jaga makan minum kita maka kita akan sakit tetapi kalau kita nak sihat maka kita perlu senaman secara berterusan disamping menjaga makan dan minum kita mengikut keperluan. Begitu juga dengan hati kita...jika kita tidak jagainya dengan menjauhi dosa, berikan makanan dengan tazkirah dan ibadah maka hati kitapun akan sakit lalu kita akan lebih cenderung pada dosa dan kehinaan.

Inilah realiti kehidupan kita. Segala yang baik, positif, segala ketinggian dan kemuliaan, kejayaan dan kebahagiaan tidak akan datang bergolek tetapi memerlukan usaha yang berterusan yang dibangunkan dengan tekad dan keazaman yang tercetus dari matlamat dan kefahaman yang benar tentang kehidupan serta dibajai dengan doa dan ibadah yang akan menjadikan jiwa kita subur dan lunak yang nantinya akan menjadi tempat tumbuhnya kepasrahan, ketenangan, kesabaran dan ketabahan.

Arus kehidupan inipun tidak pernah membezakan siapa kita, dari mana keturunan kita, muliakah atau hinakah bangsa kita; siapa yang lalai dan leka akan menjadi mangsa namun siapa yang sedar diri serta berusaha menongkah arus deras ini maka kejayaan dan kebahagiaan akan menjadi miliknya.

Bila Kehidupan Mula Berbicara

Disaat kita terasing dalam dunia kita sendiri, disaat tidak ada siapa yang menemani kita melainkan kesunyian, keresahan dan kekecewaan. Disaat kita memandang kedepan segala-galanya kabur dan penuh tanda tanya, disaat kita menoleh kebelakang yang terlihat hanyalah dosa dan ketelanjuran.

Disaat jiwa kita benar-benar lemah dan merasakan kebahagiaan bukan lagi milik kita, bahkan kita merasai kehidupan itu sendiri hampir-hampir tidak ada lagi. Ketika inilah, ketika lilin harapan kita hampir padam dan dunia terasa kelam, kehidupan sebenarnya sedang berbicara kepada kita.

Kehidupan sedang berbicara kepada kita tentang kehambaan; tentang kekerdilan kita dan keMaha Berkuasaan Sang Pencipta agar kita sedar diri dan merasakan perlunya untuk kita tunduk dan patuh kepadaNya. Untuk kita bermunajat dan meletakkan pengharapan padaNya
Kehidupan sedang berbicara tentang keinsanan dan kelalaian; betapa mudah untuk kita terlanjur dengan dosa dan betapa perlu untuk kita insaf dan bertaubat. Betapa seringnya kita lupa untuk bersyukur dan betapa mudah kita lupa diri apabila kesenangan dan kekayaan menyelimuti kehidupan.

Kehidupan sedang berbicara tentang sabar dan pasrah, agar jiwa kita semakin terbina dan semakin kuat hingga kita akan lebih sanggup melaksanakan tanggungjawab yang lebih besar dan banyak.

Kehidupan sedang berbicara kepada kita bahawa gagal dan berjaya, kecewa dan bahagia, jatuh dan bangun itu adalah warna-warna dirinya agar kita sedar dimana kita sedang berdiri dan kemana akan kita aturkan langkah kaki kita.

Hadapilah Harimu Dengan Senyuman

Ketika kegagalan mewarnai kehidupan kita, kitapun menangis dan kecewa namun kejayaan tidak akan sedikitpun tersenyum pada kita. Ketika kita dipandang hina dan dicerca kerana kesalahan kita sendiri, kemuliaanpun hanya memandang kita dengan senyuman sinisnya. Ketika kita tersungkur jatuh kerana kelalaian kita sendiri lalu jiwa kita sakit dan menderita, kitapun menangis hiba, malangnya kebahagiaan tidak juga menemani kita hingga keresahan terusir dari jiwa kita.

Jadi kenapa kita perlu menangis? Bukankah tangisan itu akan menjadikan kita semakin resah bahkan tidak akan mengubah apa-apa. Bukankah kesedihan dan rasa kecewa itu akan memadamkan sebahagiaan dari kewarasan kita hingga kita mula hilang arah tuju dan teraba-raba mencari siapa diri kita sebenarnya. Bahkan lebih dari itu, tangisan itu akan mengikis keimanan kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya tiada lagi keyakinan kita kepada kesempurnaan dan kebijaksanaan Allah SWT.

Kenapa kita tidak tersenyum? Kerana senyuman itu akan mewarnai kekelaman dan kegelapan jiwa kita hingga kita akan melihat kehidupan ini dengan semangat dan keazaman yang baru. Bukankah sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang berjaya itu pun pernah gagal namun kerana mereka tidak terlalu sibuk memanjangkan tangisan dan keluhan jiwa mereka lalu merekapun ada banyak masa untuk melakar harapan mereka semula. Bukankah sahabat-sahabat yang merasai kenikmatan dan kebahagiaan beriman itupun pernah tersungkur hina namun kerana jiwa mereka kuat lalu mereka menjadikan keinsafan sebagai anak tangga untuk mereka hampir kepada Allah swt.

Lihatlah kehidupan ini dengan jiwa yang tersenyum. Kalaupun kita hidup merempat, ada pula manusia yang mati hina. kalau kita serba kekurangan ada pula manusia yang langsung tak memiliki apa-apa. Kalau kita miskin harta, ada manusia yang miskin jiwa hingga tidak menikmati keindahan hidup walaupun kaya raya. Kalaupun kita tidak memiliki kenderaan yang baik, ada manusia yang tidak memiliki kaki untuk berjalan.

Memang kita berhak menangis tetapi kita perlu tahu ketika mana dan untuk siapa tangisan itu. Bukankah jiwa ini ada Pemiliknya. Jadi ketika jiwa kita lemah mengadulah padaNya maka Dia akan berikan kita satu kekuatan baru kerana kekuatan itu milikNya. Ketika kita kecewa maka sandarkan harapan kita padaNya kerana dialah tempat kita tujukan harapan kita. Cuma kadang-kadang kita lupa diri kita siapa lalu kita meminta kekuatan pada manusia yang juga lemah lalu kita semakin lemah, kita sandarkan harapan pada bukan tempatnya maka kitapun kecewa dan hampa.

No comments: